14 Oktober 2017

5 Tingkat Sukses Pribadi (5i)

Setiap manusia mau sukses. Tapi apa sebenarnya kesuksesan itu?

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan kesuksesan sebagai keberhasilan atau keberuntungan; kamus Oxford mendefinisikan sukses sebagai the accomplishment of an aim or purpose (tercapainya suatu tujuan); sedang kamus Merriam-Webster memberikan salah satu definisi sukses yaitu favorable or desired outcome; also:  the attainment of wealth, favor, or eminence (hasil akhir yang disukai, bisa berupa tercapainya kesejahteraan, kebaikan, atau kedudukan).

Zig Ziglar, dalam bukunya Born to Win mengatakan bahwa sukses tidak bisa didefinisikan dalam satu kalimat, tapi bisa berupa banyak hal.

Saya sepakat, bahwa memang sulit mendefinisikan makna kesuksesan. Setiap pribadi bisa beragam dalam menginterpretasikan suksesnya masing-masing. Karena itu, bisa jadi tidak ada satu definisi sukses yang cocok untuk semua orang.

Namun, penulis coba membuat tingkatan atau tangga-tangga kesuksesan. Ada 5 tingkat kesuksesan dalam opini saya. Mari kita bahas mulai dari tangga yang paling bawah.

5. Materi

Ini adalah indikator paling umum yang dipakai kebanyakan orang. Seberapa besar harta yang dimiliki, seberapa luas tanah, seberapa banyak kendaraan-uang- perhiasan, seberapa mewah rumah, dan lain sebagainya.

Satuan materi yang dapat dianggap sukses bisa berbeda bagi setiap orang. Ada yang sudah merasa sukses kalau sudah punya motor, ada yang kalau sudah punya rumah sendiri/tidak mengontrak baru menganggap dirinya sukses, dan lain sebagainya.

4. Sosial rekognisi

Jika sudah memiliki materi yang berlebihan, beberapa orang tidaklah merasa cukup. Perlu setingkat lebih lagi. Kedudukan.

Maka tidaklah heran, kalau kita melihat banyak orang yang sudah memiliki harta melimpah, mengejar kedudukan yang diakui oleh masyarakat atau komunitas. Jabatan tinggi.

Pengakuan sosial menjadi penting. Jabatan publik, pejabat negara, dan lain sebagainya menjadi target kesuksesan selanjutnya.

3. Jasmani

Sukses secara fisik, menurut saya jauh lebih penting dari dua kesuksesan yang telah disebutkan sebelumnya.

Banyak orang yang hartanya melimpah, tapi tubuhnya tidak sehat, jiwanya sakit. Bisa membeli beragam makanan, tapi tidak bisa memakannya, karena ada pantangan kesehatan misalnya. Kolesterol tinggi menghalanginya mengecap renyahnya daging bakar; diabetes mencegahnya memakan nasi putih, dan lain sebagainya.

Oleh sebab itu, sebagian besar orang harus bisa lebih bersyukur, kalau memiliki tubuh yang sehat. Meskipun dia bisa jadi tidak memiliki harta yang melimpah ataupun jabatan yang tinggi, tapi tidak ada penyakit serius dalam tubuhnya yang membatasinya menikmati hidup ditengah kesederhanaannya, itu sudah bisa dianggap sukses.

2. Family

Kesuksesan yang lebih besar lagi yaitu memiliki keluarga yang sukses. Seperti apa keluarga yang sukses? Menurut opini saya, keluarga yang sukses adalah keluarga yang bahagia, tentram. Memiliki pasangan hidup yang baik, setia, mendukung; memiliki anak-anak yang sehat, tidak bermasalah (tidak terlibat narkoba, tidak hamil diluar nikah, misalnya), berbakti kepada orangtua, dan semisalnya.

Inilah kesuksesan yang utama. Mau seberapa banyak harta terkumpul, mau setinggi langit jabatan dipegang, tapi kalau keluarga berantakan, apalah artinya.

1. Ruhani

Tingkat tertinggi kesuksesan adalah memiliki ruhani yang penuh keimanan. Jadi pribadi yang taat, patuh kepada perintah Tuhan dan menjaga diri dari larangan-Nya. Karena kesuksesan sejati itu bukanlah di dunia ini.

Sebagai bangsa yang menjadikan ketuhanan yang maha esa sebagai sila pertama prinsip kebangsaannya. Sebagai pribadi yang beriman, yang meyakini adanya hari akhir/akhirat. Kesuksesan kita adalah ketika kita berada di surga, dengan Tuhan meridhoi amal perbuatan kita selama di dunia.

Ada yang menyatakan bahwa 1 hari di akhirat setara dengan 1,000 tahun di dunia. Jika diasumsikan umur manusia 63 tahun (di dunia), maka 63 tahun dunia x 1 hari akhirat/ 1,000 tahun dunia = 0,063 hari akhirat  x 24 jam = ± 1,5 jam (di akhirat). Seumur hidup kita di dunia hanya terasa satu setengah jam saja di akhirat.

Padahal nanti setelah meninggal, kita akan berada di alam kubur, dan selanjutnya akan kekal di akhirat (entah di dalam surga atau di neraka, hanya ada satu pilihan) tergantung iman dan amal perbuatan.

Maka, adakah yang lebih sukses dari pada hidup kekal di surga yang penuh dengan kenikmatan yang tidak bisa dibayangkan hati, tidak pernah terlihat mata, ataupun didengar telinga? Dan adakah kerugian yang paling celaka selain hidup kekal di dalam siksa neraka, karena kita telah banyak bergelimang dosa selama 1,5 jam tidak mampu mengendalikan diri ketika di dunia?

Inilah makna kesuksesan saya, tingkat tertingginya adalah sukses menjaga keimanan dan keistiqomahan menapaki dunia. Itu saja.


---000---

Balikpapan, 19 Desember 2016
Syamsul Arifin, SKM. MKKK.

Praktisi dan pengajar K3 Balikpapan

Postingan terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar