Dua atau lebih pekerja yang melakukan 1 tugas kerja belum
tentu akan menjadikan pekerjaan selesai dengan sukses. Dalam perspektif
psikologi, kekurangan ini bisa muncul akibat interaksi sosial antara tim kerja.
Fenomena itu disebut kesalahan tim (team error), terjadi
ketika satu atau lebih anggota tim kerja membiarkan anggota di dalam grup untuk
berbuat error -bisa terjadi karena kesalahan persepsi atas kemampuan pekerja
lain atau karena kurangnya akuntabilitas di dalam grup.
Bagan di bawah ini sebagai ilustrasi perhitungan
matematisnya.
Jika ada pengawas (atau rekan kerja) yang diasumsikan
melakukan pemeriksaan/pengawasan secara independen terhadap teknisi perbaikan,
maka kemungkinan untuk terjadi error adalah 1 dalam sejuta kejadian (nilai task
reliability sebesar 99,9999%).
Tapi, jika pengawas (atau rekan kerja) memiliki asumsi
bahwa teknisi perbaikan yang melakukan pekerjaan sudah kompeten dan tidak
melakukan pemeriksaan/pengawasan dengan detail, maka kemungkinan untuk terjadi
error meningkat menjadi 1 dalam seribu kejadian, atau sama seperti ketika
teknisi bekerja sendiri (nilai task reliability hanya 99,9%).
Team error dapat diakibatkan oleh beberapa kondisi sosial
berikut:
Halo effect.
Kepercayaan buta akan kompetensi seseorang dikarenakan pengalaman atau
pendidikannya. Hal ini mengakibatkan antar anggota kelompok menurunkan
kewaspadaannya terhadap kesalahan yang dapat diakibatkan oleh individu yang
kompeten; tidak memeriksa tindakan seorang yang kompeten
Pilot-Co-pilot.
Keengganan pekerja junior (co-pilot) untuk menentang pendapat, keputusan atau
tindakan pekerja senior (pilot) karena posisinya di dalam struktur organisasi
perusahaan. Bawahan menunjukkan sopan santun berlebihan ketika berinteraksi
dengan manajer senior, tanpa sadar menerima perkataan bos tanpa berpikir kritis
atau berbeda pendapat terhadap tindakan dan keputusannya.
Free riding
(menumpang/mengikuti saja). Kecenderungan untuk “menumpang” (ikut-ikutan
saja) tanpa secara aktif mengevaluasi maksud dan tindakan pekerja yang
melakukan pekerjaan atau mengambil inisiatif. Orang lain yang mengambil
inisiatif untuk melakukan pekerjaan, sementara si penumpang hanya mengambil
peran pasif.
Group think
(berpikir grup). Kepaduan, loyalitas, konsensus dan komitmen adalah hal
yang baik jika ada di dalam kelompok kerja. Namun, terkadang, hal-hal tersebut
bisa menurunkan kualitas keputusan tim. Contohnya, ada keenganan untuk berbagi
informasi yang berbeda untuk menjaga keharmonisan tim. Kondisi itu bisa
diperparah jika ada anggota grup yang dominan dan memberikan pengaruh yang kuat
dalam pola pikir grup (pilot/co-pilot atau efek halo). Akibatnya, informasi
yang penting bisa jadi tidak terbagi kepada anggota kelompok.
Diffusion of
responsibility. Difusi tanggung jawab bisa jadi berisiko dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah kelompok. Jika dua atau lebih pekerja sepakat
akan sesuatu yang dianggap cara yang terbaik dalam melakukan sesuatu, maka
mereka akan lebih mudah mengambil resiko dan mengabaikan prosedur atau
kebijakan yang ada. Fenomena ini bisa disebut mentalitas gembala (herd
mentality).
Contoh-contoh kejadian dengan skenario di atas, dapat
dengan mudah ditemukan pada kasus nyata di lapangan.
Kenali dan pahami tantangan atas fenomena-fenomena
tersebut, dan lawanlah dengan beberapa teknik kerja tim yang baik agar melakukan
beberapa guna mencapai tujuan kerja yang selamat –insya Allah akan dibahas
kemudian.
---000---
Referensi:
Department of Energy. Human Performance Improvement
Handbook - Volume 1: Concepts and Principles. June 2009. Washington, D.C,
Amerika
Penyusun:
Syamsul Arifin
QHSSE Pertamina Hulu Indonesia
![]() |
Artikel ini dimuat juga di epaper Energia Pertamina, edisi 18 Mei 2020, hal 15 https://epaper.pertamina.com/energia/18-mei-2020/flipbook/14/ |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar