25 Agustus 2020

Safety adalah Emerging Property Hasil Interaksi Complex System

Menurut saya (saya sepakat dengan pendapat ini, -red), safety adalah emerging property hasil interaksi complex system.

Saya pertama kali berkenalan dengan istilah “emerging” ketika training Human Performance (HP) investigation, 2018-an.

Ada 1 slide sederhana yang mencuplik grafik work as planned vs work as performed dari Todd Conklin, konsultan HP yang dipakai perusahaan -ketika itu.

Saya aware ada buku (di rumah) yang menjelaskan tentang hal ini, tapi belum sempat dibaca -ketika itu, Drift into Failure oleh Sidney Dekker.

Sehabis training, saya babat habis buku itu (flash reading), penasaran dengan penjelasan sederhana yang diberikan.

Ternyata tidak sesederhana itu. Ada penjelasan tentang perspektif Newtonian-Cartesian (linear causal) dan Complexity-System Thinking, beberapa teori Drift semisal Man Made disaster, High Reliability Organization, Control Theory, Resilience Engineering, dan konsep emergent, serta bagaimana perspektif kita dalam melihat keselamatan melalui sudut pandang Complexity of Drift yang baru ini.

Saya tidak akan membahas jauh apa saja konsep-konsep itu semua. Satu konsep yang mau saya perkenalkan terlebih dahulu adalah apa sih itu emergent? -kayak judul film ya-

Emerging secara sederhana adalah sesuatu yang baru yang muncul dari interaksi antara beberapa hal yang ada, tidak bisa diobservasi terpisah (tanpa adanya interaksi dalam sistem).

Contohnya garam dapur, tersusun dari dari natrium dan klorida dengan perbandingan 1:1. Keduanya memiliki karakter kimia yang khas, natrium sangat reaktif sedang klorida sangat toksik. Tapi dalam campuran senyawa kimia natrium klorida (NaCl), justru perpaduan keduanya yang dicari/diperlukan di dalam makanan kita, rasa asin.

Safety atau keselamatan pun seperti itu. Akan sulit untuk mengobservasi keselamatan dilihat dari sudut pandang program-program K3 yang ada saja, dari sistem manajemen yang ada semata, atau dari 1 perspektif tunggal semisal aspek pengetahuan, kompetensi, skill, dan perilaku pekerjanya saja.

Kinerja keselamatan yang sesungguhnya terjadi di lapangan tidak muncul jika elemen-elemen itu dipisahkan pengamatannya.

Bahkan ketika tidak ada tuntutan/tekanan/pressure pekerjaan/project, jauh dari kondisi real lapangan, mengesampingkan keterbatasan sumber daya, dan tanpa melihat faktor manajemen atau orang-orang selain pekerja lini di lapangannya, akan berbeda hasil observasi output kinerja K3-nya.

Melihat safety, kita harus mempergunakan kaca mata kesisteman. Memperhatikan proses yang terjadi, interaksi, komunikasi, dan negosiasi yang ada dalam mewujudkan tujuan bisnis di dalam suatu organisasi.



---000---

Depok, 24 Agustus 2020
Syamsul Arifin
Praktisi K3LH

Postingan terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar