14 Oktober 2020

Psychological Safety (Perspektif Prof Amy C Edmondson)

Dalam dunia bisnis saat ini, pekerja harus memiliki perilaku pembelajar (learning behavior) yang mendukung perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Perilaku tersebut misalnya menyuarakan ide baru, kolaborasi dengan pekerja lain, ekperimen cara baru dalam bekerja.

Meski menguntungkan, perilaku tersebut berpotensi "membahayakan" 'keselamatan psikologis' pekerja. Contohnya, mengusulkan ide baru bisa bertentangan dengan kepentingan pekerja lain; gagal dalam eksperimen dapat membuat pekerja tersebut dicap negatif, dst. 

Risiko-risiko semacam itu bisa membuat pekerja tidak terlibat dalam proses pembelajaran sehingga akhirnya akan menghambat pembelajaran individual maupun organisasional.

Menyediakan lingkungan kerja yang aman secara psikologis (membuat pekerja merasa nyaman/aman menyuarakan ide, memberikan umpan balik, berkolaborasi, mengambil risiko dan bereksperimen) adalah salah satu cara untuk melindungi proses pembelajaran individu dan organisasi.

Penelitian Google People Analytics Unit menyebutkan bahwa psychological safety adalah karakter #1 pada high-performing team.

Psychological safety sangat penting di lingkungan dimana keselamatan pekerja dan pelanggan menjadi hal utama, misalnya industri kesehatan dan penerbangan, karena hal itu terbukti mengurangi kesalahan pekerja (error), meningkatkan keselamatan, dan meningkatkan pembelajaran individu maupun tim.

Definisi psychological safety adalah shared belief amongst individuals as to whether it is safe to engage in interpersonal risk-taking in the workplace.

Persepsi pekerja terhadap psychological safety umumnya dipengaruhi oleh pimpinan dan karakteristik tim.

Di lingkungan dengan psychological safety, para pekerja merasa bahwa kolega mereka tidak akan mengucilkan orang lain hanya karena mereka menjadi diri mereka sendiri atau menyuarakan/menyampaikan apa yang mereka pikirkan (memiliki pendapat yang berbeda), saling menghargai kompetensi, memiliki perhatian sebagai sesama manusia, memiliki niat yang positif, mampu terlibat dalam konflik yang konstruktif, dan merasa aman untuk bereksperimen serta mengambil risiko.

Dari aspek perilaku, psychological safety mendorong komunikasi yang terbuka, menyuarakan concern/hal yang mengganggu mereka, dan mencari umpan balik yang lebih besar. Perilaku yang memiliki risiko/potensi mengancam hubungan interpersonal di tempat kerja.

Ke semua itu pada gilirannya akan mempengaruhi luaran/output perusahaan (baik berupa pembelajaran dan meningkatnya kinerja).

Dunia bisnis dewasa ini (pekerja yang semakin spesialis dan pekerjaan yang semakin kompleks) mengharuskan pekerja untuk berbagi informasi dan bertukar ide dengan tim atau anggota organisasi yang lain dalam rangka mencapai tujuan bersama (shared goals).

Atmosfir kerja dengan psychological safety yang baik, diperlukan untuk dapat mengatasi tantangan dan mencapai tujuan organisasi.


---000---

Referensi: Newman, Alexander, dkk. 2017. Psychological safety: A systematic review of the literature. Jurnal of Human Resource Management Review


Depok, 14 Oktober 2020

Syamsul Arifin, SKM. MKKK.

Praktisi K3LH

Postingan terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar