18 Januari 2021

Manusia sebagai Sumber Solusi

Melihat klip video pesawat yang mati mesin di tengah penerbangan, pilot dengan heroik mengambil risiko dengan peralatan (keselamatan) terbatas, mencoba menyalakan mesin secara manual, dan berhasil. Sukses melanjutkan penerbangan dengan tanpa ada seorangpun yang cidera.

Menakjubkan. Luar biasa!

Banyak orang percaya kalau kecelakaan terjadi disebabkan tindakan tidak selamat pekerja (88%), kondisi tidak aman (10%), dan tindakan Tuhan (2%) -rasio Heinrich.

Kenapa tidak 100% saja diarahkan ke faktor manusia? Toh, alat kerja didisain, direview, dibuat, diperiksa/inspeksi, dioperasikan, dan dirawat oleh manusia?

Jadi, pekerja harusnya dianggap sebagai salah satu sumber bahaya dong? 

Bisa jadi iya dan tidak. 

Saya mengambil perspektif seperti halnya kita melihat gelas yang terisi setengah. Mau dilihat setengah kosong atau setengah berisi? Itu pilihan.

Tapi melihat perjalanan karya tulis Profesor James Reason, mungkin kita bisa sedikit menyimpulkan.

Diantara publikasi beliau ada buku berjudul Human Error (1990), Managing the Risk of Organizational Accidents (1997), dan The Human Contribution - Unsafe Acts, Accidents, and Heroic Recoveries (2008).Melihat dari judul bukunya saja, kita bisa menebak bagaimana perjalanan pandangan beliau tentang posisi manusia dalam K3.


Awalnya tentang kesalahan manusia, kemudian bicara kecelakaan organisasi (konteks sistem), lalu menjadi manusia sebagai penyelamat kegagalan (heroic recovery). -tentu ini penyederhanaan yang terlalu maksa. Namun bisa ditelaah lebih jauh ke referensi aslinya.

Balik lagi persepsi "gelas setengah berisi atau setengah kosong".

Yang menganggap dan mencari-cari kesalahan manusia dalam setiap kejadian (baca: investigasi kecelakaan kerja), pasti akan ketemu.

Yang mau belajar dari daya adaptasi, kreasi, inovasi, solusi manusia dalam menyelesaikan masalah di tempat kerja, men-deliver target sesuai tenggat, mengoptimalisasi keterbatasan sumber daya, dan melakukan penyesuaikan terhadap perubahan yang kontinu. Harusnya bisa juga. Walau belajar dari sudut ini membosankan, tidak ada pompa adrenalin atau elemen kejutannya.

Kita harus bisa menerima paradoks ini. Bahwa secara bersamaan, manusia adalah sumber keberhasilan dan kegagalan.

Bagaimanapun juga, manusia adalah agen yang adaptif, pembelajar, kolaboratif, bertanggung jawab, dan mampu menghadirkan solusi.

Manusia bisa menghasilkan kesuksesan (keselamatan) di tengah keterbatasan sumber daya dan tekanan dari berbagai arah, jika dipersiapkan dengan benar.

Apa sajakah persiapannya, mari kita diskusikan.


---000---


Depok, 15 Januari 2021

Syamsul Arifin, SKM. MKKK. Grad IOSH.

Postingan terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar