03 September 2021

Desain Keselamatan untuk Mitigasi yang Efektif

Skenario keadaan darurat yang mungkin terjadi di semua fasilitas migas (minyak dan gas bumi) adalah sama: kebakaran atau ledakan, pencemaran lingkungan, dan cedera pada pekerja. 

Anjungan (platform) lepas pantai (offshore) memiliki karakter yang khas karena beberapa hal, semisal lokasi kerja yang terisolasi, beroperasi 24 jam non-stop (pola kerja 12 jam/shift), potensi paparan multi bahaya secara bersamaan (material, kebisingan, getaran, panas, pengangkatan manual), dan lingkungan kerja yang ekstrim.

Mendesain fasilitas produksi lepas pantai yang sesuai standar (code) industri akan meningkatkan keselamatan pekerja, menjaga lingkungan bebas pencemaran, dan membuat proses produksi migas yang efisien.

Ada empat prinsip utama mendesain dan mengoperasikan fasilitas yang selamat: (1) meminimalisir kemungkinan terjadinya pelepasan hidrokarbon atau bahan berbahaya lain yang tidak terkendali, (2) meminimalisir peluang percikan api, (3) mencegah eskalasi kebakaran dan kerusakan peralatan, dan (4) menyediakan perlindungan dan jalur menyelamatkan diri bagi pekerja.

Mencegah Kebocoran Hidrokarbon

Pelepasan hidrokarbon yang tidak terkendali bisa diakibatkan oleh pengikisan/kebocoran akibat korosi; kerusakan pada sistem pipa akibat getaran dan energi mekanik; emisi yang merembes di flange, fitting, atau valve; pelepasan tekanan ketika kondisi abnormal; dan kesalahan operator.

Hidrokarbon yang keluar dari peralatan bisa terbakar jika terpapar suhu tinggi, api, listrik statis atau peralatan instrumentasi/listrik yang memercik. Intensitas dan besaran api akan dipengaruhi oleh volume dan laju gas atau cairan yang terlepas serta kecepatan dan arah angin.

Sistem flare, ventilasi, dan saluran air (drainase) dipergunakan untuk mengumpulkan dan mengarahkan pelepasan gas dan cairan dalam kondisi normal ataupun abnormal ke lokasi yang selamat, jauh dari sumber nyala api di dalam fasilitas.

Pemisahan sumber nyala api dan bahan bakar juga bisa dilakukan dengan menempatkan peralatan yang bisa menjadi sumber nyala api jauh dari peralatan yang berisi hidrokarbon. Sebagian besar peralatan listrik dan instrumentasi bisa menjadi sumber nyala api. Karena itu, penempatan dan pemilihan peralatan merupakan hal yang krusial.

Standar untuk klasifikasi area bisa merujuk ke National Electrical Code (NEC) Artikel 500, American Petroleum Institute (API) Recommended Practices (RP) 500, dan International Society of Automation (ISA) S12.01.01. Sedang untuk panduan pemilihan dan pemasangan peralatan listrik atau sistem instrumentasi bisa merujuk ke API RP 14F, NEC (NFPA 70), dan ISA S12.06.01.

Mencegah Kebakaran

Salah satu sasaran desain fasilitas yang selamat adalah untuk mencegah kebakaran bertambah besar. Meskipun bencana kebakaran yang besar sangat jarang, namun desain fasilitas produksi harus mempertimbangkan skenario terburuk yang mungkin terjadi. Umumnya, bencana kebakaran besar adalah akibat dari eskalasi kebakaran kecil yang memicu kebakaran lain.

Salah satu alat keselamatan yang dapat mencegah eskalasi kebakaran yaitu detektor api. Detektor api harus terintegrasi ke sistem proses yang bisa mengaktifkan penutupan atau mematikan sumber hidrokarbon (semisal sumur atau pipa), dan mengaktifkan alarm serta sistem pemadam kebakaran.

API RP 500 mengharuskan alat pendeteksi api dipasang di semua area yang terklasifikasi (classified area) divisi 1 atau 2 dan di semua bangunan di mana pekerja umumnya beraktifitas atau istirahat. Peralatan pengendali kebakaran semisal generator listrik yang menyalakan pompa pemadam tidak boleh otomatis mati oleh sistem pendeteksi api.

Salah satu metode yang paling umum dipergunakan untuk mendeteksi kebakaran secara otomatis yaitu sistem pneumatic fire loop yang menempatkan fusible element di tempat-tempat yang strategis.

Suatu fasilitas produksi harus memiliki pelindung kebakaran pasif, yaitu sistem pelindung api yang berperan tidak aktif dalam melindungi pekerja dan aset akibat kerusakan oleh kebakaran. Contoh sistem pelindung kebakaran pasif yang umum digunakan yaitu desain spesifik untuk baja struktural platform, tempat tinggal (living quarter), muster area, bejana bertekanan, dll.

Semua peralatan proses produksi harus didesain, dikerjakan dan dipasang mengikuti standar untuk memastikan pengoperasian, perbaikan atau perawatan, dan inspeksinya berjalan selamat.

Beberapa contoh standar tersebut semisal API 14E untuk aksesoris sumur, sistem pipa, dan manifold; API 12J, API 12K, API 12L untuk bejana bertekanan; ANSI/AWWA D103, API 12B, 12D, 12F, 12P, 12R1 untuk tanki penyimpanan; API 14C untuk Surface Safety Systems; SOLAS Chapt. II-2 untuk keselamatan personal; API 520, 521 untuk sistem pelepasan darurat; API 617, ASME B19.3D-90 untuk kompresor sentrifugal, dst.

Sedang pelindung kebakaran aktif yaitu sistem pelindung api yang dipasang guna mendinginkan, mengendalikan dan/atau mematikan api. Contoh sistem pelindung kebakaran aktif yaitu sistem pemadam yang mempergunakan air, busa, gas, dan bubuk kimia kering.

Sistem penyemprot air statis (sprinkler) dan nozzle monitor statis dapat bermanfaat pada area yang tidak bisa dijangkau dengan selamat mempergunakan aliran selang yang dipegang.

Karena eskalasi kebakaran bisa jadi tidak dapat dikendalikan, maka desain fasilitas produksi yang selamat harus bisa memberikan perlindungan dan jalur untuk menyelamatkan diri bagi pekerja. Penempatan peralatan pemadam api dan penggunaan serta perawatannya sangatlah penting bagi perlindungan pekerja.

Peta jalur menyelamatkan diri dan penempatan peralatan pemadam api harus tersedia di area tertentu platform. Gambar tersebut harus ditempatkan dengan jelas di dekat jalan keluar tiap kabin, tempat makan, area bersantai, dan area kerja yang biasa dihuni pekerja. Station bill atau prosedur tanggap darurat harus dipasang di tempat yang mudah terlihat.

Peralatan menyelamatkan diri ke arah laut bagi pekerja seperti baju pelampung, sekoci (liferaft) atau kapal darurat (lifeboat) harus tersedia dengan baik jika sewaktu-waktu dipergunakan untuk evakuasi meninggalkan platform.

Beberapa standar yang dapat dirujuk misalnya API RP 75 untuk program K3 pada operasi lepas pantai, API RP T-1 untuk pelatihan bagi pekerja yang baru pertama kali ke lepas pantai, dan NFPA National Fire Codes atau Fire Protection Handbook.

Dengan menerapkan kesemua prinsip-prinsip keselamatan dalam mendesain fasilitas operasi migas, diharapkan proses operasional migas yang efisien akan dapat berjalan beriringan dengan keselamatan manusia dan terus mendukung keberlanjutan lingkungan.

 

---000---


Penyusun:

Syamsul Arifin, SKM. MKKK.

Sr Analyst Occupational Safety, Pertamina Hulu Energi

 

Referensi: American Petroleum Institute. 2001. API RP 14J Recommended Practice for Design and Hazards Analysis for Offshore Production Facilities. Washington, USA.


Artikel ini juga dimuat di Majalah re-PORT edisi Agustus 2021

Postingan terkait

1 komentar: