22 Mei 2020

Kenali dan Hindari Kesalahan Tim (Team Error)


Dua atau lebih pekerja yang melakukan 1 tugas kerja belum tentu akan menjadikan pekerjaan selesai dengan sukses. Dalam perspektif psikologi, kekurangan ini bisa muncul akibat interaksi sosial antara tim kerja.

Fenomena itu disebut kesalahan tim (team error), terjadi ketika satu atau lebih anggota tim kerja membiarkan anggota di dalam grup untuk berbuat error -bisa terjadi karena kesalahan persepsi atas kemampuan pekerja lain atau karena kurangnya akuntabilitas di dalam grup.

Bagan di bawah ini sebagai ilustrasi perhitungan matematisnya.

  
Jika ada pengawas (atau rekan kerja) yang diasumsikan melakukan pemeriksaan/pengawasan secara independen terhadap teknisi perbaikan, maka kemungkinan untuk terjadi error adalah 1 dalam sejuta kejadian (nilai task reliability sebesar 99,9999%).

Tapi, jika pengawas (atau rekan kerja) memiliki asumsi bahwa teknisi perbaikan yang melakukan pekerjaan sudah kompeten dan tidak melakukan pemeriksaan/pengawasan dengan detail, maka kemungkinan untuk terjadi error meningkat menjadi 1 dalam seribu kejadian, atau sama seperti ketika teknisi bekerja sendiri (nilai task reliability hanya 99,9%).

Team error dapat diakibatkan oleh beberapa kondisi sosial berikut:

Halo effect. Kepercayaan buta akan kompetensi seseorang dikarenakan pengalaman atau pendidikannya. Hal ini mengakibatkan antar anggota kelompok menurunkan kewaspadaannya terhadap kesalahan yang dapat diakibatkan oleh individu yang kompeten; tidak memeriksa tindakan seorang yang kompeten

Pilot-Co-pilot. Keengganan pekerja junior (co-pilot) untuk menentang pendapat, keputusan atau tindakan pekerja senior (pilot) karena posisinya di dalam struktur organisasi perusahaan. Bawahan menunjukkan sopan santun berlebihan ketika berinteraksi dengan manajer senior, tanpa sadar menerima perkataan bos tanpa berpikir kritis atau berbeda pendapat terhadap tindakan dan keputusannya.

Free riding (menumpang/mengikuti saja). Kecenderungan untuk “menumpang” (ikut-ikutan saja) tanpa secara aktif mengevaluasi maksud dan tindakan pekerja yang melakukan pekerjaan atau mengambil inisiatif. Orang lain yang mengambil inisiatif untuk melakukan pekerjaan, sementara si penumpang hanya mengambil peran pasif.

Group think (berpikir grup). Kepaduan, loyalitas, konsensus dan komitmen adalah hal yang baik jika ada di dalam kelompok kerja. Namun, terkadang, hal-hal tersebut bisa menurunkan kualitas keputusan tim. Contohnya, ada keenganan untuk berbagi informasi yang berbeda untuk menjaga keharmonisan tim. Kondisi itu bisa diperparah jika ada anggota grup yang dominan dan memberikan pengaruh yang kuat dalam pola pikir grup (pilot/co-pilot atau efek halo). Akibatnya, informasi yang penting bisa jadi tidak terbagi kepada anggota kelompok.

Diffusion of responsibility. Difusi tanggung jawab bisa jadi berisiko dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah kelompok. Jika dua atau lebih pekerja sepakat akan sesuatu yang dianggap cara yang terbaik dalam melakukan sesuatu, maka mereka akan lebih mudah mengambil resiko dan mengabaikan prosedur atau kebijakan yang ada. Fenomena ini bisa disebut mentalitas gembala (herd mentality).

Contoh-contoh kejadian dengan skenario di atas, dapat dengan mudah ditemukan pada kasus nyata di lapangan.

Kenali dan pahami tantangan atas fenomena-fenomena tersebut, dan lawanlah dengan beberapa teknik kerja tim yang baik agar melakukan beberapa guna mencapai tujuan kerja yang selamat –insya Allah akan dibahas kemudian.


---000---

Referensi:
Department of Energy. Human Performance Improvement Handbook - Volume 1: Concepts and Principles. June 2009. Washington, D.C, Amerika

Penyusun:
Syamsul Arifin
QHSSE Pertamina Hulu Indonesia


Artikel ini dimuat juga di epaper Energia Pertamina, edisi 18 Mei 2020, hal 15
https://epaper.pertamina.com/energia/18-mei-2020/flipbook/14/

Postingan terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar