16 Desember 2020

15 Tahun Belajar (dan) Menyelamatkan Nyawa - Makna K3 dalam Organisasi


15 Desember 2020, menandai 15 tahun titik perjalanan karir saya sebagai praktisi K3LH. 

Alhamdulillah, bersyukur atas semua kenikmatan yang telah diberi.

Banyak sudah dilalui, namun masih banyak juga yang perlu dipelajari dan dicapai. 

Berkontemplasi sedikit filosofis, makna kebahagiaan.

Capaian materi, title kedudukan, pengalaman perjalanan, kesenangan hobi, atau apa sih yang sebetulnya membuat bahagia? 

Hasan Al-Bashri mengatakan, “carilah kenikmatan dan kebahagiaan dalam tiga hal, dalam sholat, berzikir, dan membaca al-quran, jika kalian dapatkan maka itulah yang diinginkan, jika tidak kalian dapatkan dalam tiga hal itu, maka sadarilah bahwa pintu kebahagiaan sudah tertutup bagimu.”

Bahagia sejati ternyata seiring dengan tujuan penciptaan diri, beribadah kepada sang Ilahi.

Maka, menyambung dengan kerangka berpikir tersebut, ketika merenungi makna keselamatan di dalam organisasi/perusahaan, walau dulu pernah membaca beberapa definisi atau penjelasan yang menarik dari Fred A Manuele dan Erik Hollnagel, kali ini saya memiliki perspektif pemaknaan yang berbeda.

Apakah pencapaian rendahnya angka kecelakaan, sertifikasi ISO perusahaan, pencapaian award dapat dianggap menjadi indikator keberhasilan K3? Apakah K3 dapat dianggap sudah signifikan/bernilai di organisasi tersebut?

Mungkin jawabannya perlu ditelisik kembali ke tujuan penciptaan organisasi. 

Apakah organisasi dibuat HANYA untuk meraih keuntungan/profit semata ataukah ada filosofi lebih mendasar dalam pembuatan perusahaan/organisasi?

Jika perusahaan hanya berorientasi untuk memaksimalkan keuntungan, bisa terjadi salah paham pada pekerja, yang akhirnya akan melakukan perbuatan tidak etis (unethical acts).

Memanipulasi statistik catatan, menutupi kekurangan dari auditor eksternal, menekan/menyalahkan/memecat bawahan jika diperlukan sebagai kambing hitam, dst demi mencapai tujuan. 

Akibatnya, K3 hanyalah cantik di atas kertas, tapi rapuh seperti sarang laba-laba (minim komitmen, penuh manipulasi, dll). 

Sedangkan ketika organisasi dibuat dengan tujuan yang bermakna (meaningful purpose). Ada hal lebih yang mendorong anggota organisasi untuk berkarya.

Mereka menaruh kebanggaan pada hasil kerja mereka, bersemangat, memberikan dedikasi, saling berkontribusi. 

Perusahaan yang beretika dan didorong oleh tujuan (purpose driven) bisa memberikan hasil yang berbeda. 

Membawa nilai 'membuat dunia lebih baik' atau 'berkontribusi pada pembangunan' misalnya, pada giliran akan mempengaruhi keputusan/kebijakan yang akan diambil, menjadi lebih bermartabat.

Disamping kepedulian yang murni kepada pelanggan, kepeduliannya terhadap pekerja dan keberlanjutan lingkungan dimana ia beroperasi, akan sama juga tinggi.

Singkat kata, tujuan organisasi akan mempengaruhi pemaknaan organisasi terhadap nilai dan praktik K3.

Diperlukan organisasi yang menjunjung tinggi etika dan memiliki tujuan yang lebih dari sekedar memaksimalkan keuntungan, agar K3 bisa "hidup" menjadi ruh organisasi.


---000---

Depok, 15 Desember 2020

Syamsul Arifin, SKM. MKKK. Grad IOSH. 


Referensi:

- Aris Munandar. 2005. Resep Hidup Bahagia. Diakses di: https://muslim.or.id/ 457-resep-hidup-bahagia.html

- Abd. Halim. 2017. Tafsir Kebahagiaan. Diakses di: https://iiq-annur.ac.id/ blog/tafsir-kebahagiaan/ 

- Robert E. Quinn dan Anjan V. Thakor. 2018. Creating a Purpose-Driven Organization. Diakses di: https://hbr.org/ amp/2018/07/creating-a-purpose-driven-organization

- André Gonçalves. 2020. 5 Reasons “Why” Companies Should Bet On Their Purpose. Diakses di https://youmatter.world/ en/organization-purpose-why-business/

- Terence Oben. 2018. Why Does Misconduct Persist? Two Underlying Forces Shaping Unethical Practices. Diakses di https://obenlegal.com/ why-does-misconduct-persists/

- Tim Erblich. 2019. Purpose and Ethics: How Companies are Redefining Business, Communities and Society. Diakses di: https://www.linkedin.com/ pulse/purpose-ethics-how-companies-redefining-business-society-tim-erblich

- Fred A Manuele. 2013. On the Practice of Safety. Wiley.

- Erik Hollnagel. 2018. Safety-II in Practice. Routledge.

Postingan terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar