Warren Buffett pernah mengatakan “investasi terbaik yang bisa kau lakukan adalah investasi terhadap diri sendiri. Semakin banyak dirimu belajar, semakin banyak yang akan kau dapatkan” (the best investment you can make is in yourself. The more you learn, the more you earn).
Sebagai praktisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), penting untuk bisa menjalani prinsip yang selama ini diserukan, continuous improvement, bukan hanya pada organisasi tempat kita bekerja, tapi juga melakukan perbaikan berkelanjutan pada diri sendiri.
Jika sudah mafhum urgensi pembelajaran atau pengembangan diri bagi praktisi K3. Maka pertanyaan selanjutnya adalah hal-hal apa saja yang sebaiknya perlu dipelajari atau dikembangkan?
Untuk mengetahui kemampuan apa saja yang perlu kita kembangkan, kita bisa berkaca menggunakan kerangka socio-technical yang dikembangkan oleh Jens Rasmussen. Meski kerangka yang ini diperuntukan untuk manajemen risiko, perbedaan tangga atau tingkat socio-technical yang dipakai, sepertinya berguna untuk mengidentifikasi ilmu-ilmu apa saja yang patut kita pelajari atau kembangkan.
Kalau kita memahami bahwa tempat kerja adalah tempat yang kompleks, terdiri atas beberapa tingkat sosial dan teknis (sosial-teknikal), maka akan ada banyak ilmu yang perlu kita eksplorasi untuk dapat memahami tempat kerja dengan lebih utuh.
Mengacu pada tangga Rasmussmen, bisa dilihat berbagai disiplin penelitian yang terkait K3. Di tingkat tempat kerja (work), ada ilmu mekanik, kimia, listrik, teknik; pada tingkat pekerja ada psikologi, faktor manusia (human factor), interaksi antara mesin-manusia; pada tingkat manajemen, ada teknik industri, manajemen organisasi, sedang pada tingkat perusahaan ada ilmu ekonomi, sosiologi organisasi; dan terakhir pada tingkat pemerintah/regulator, ada ilmu politik dan hukum.
Kesemua itu mungkin terkesan berlebihan dan membuat kewalahan. Maka dari itu, untuk bisa menjadi praktisi yang kompeten dan unggul, diperlukan beberapa langkah strategis.
Pertama, tentukan tujuan besar dan susun langkah kecil. Buatlah tujuan (goal) yang SMART (Specific, Measurable, Attainable, Relevant and Timely). Susun juga langkah kongkrit untuk pencapaiannya. Tujuan yang jauh dimulai dengan langkah-langkah kecil. Hal itu bisa dijadikan peta jalan (road map) yang membantu pikiran kita tetap fokus pada tujuan.
Kemudian, bacalah buku, ikuti seminar dan pelatihan untuk membangun pengetahuan dan keahlian di bidang tertentu. Ambil studi lanjutan jika memungkinkan. Ilmu pengetahuan terus berkembang dan diperbaharui. Jangan sampai tertinggal dan terjebak dengan teori/konsep yang usang atau tidak sesuai dengan perkembangan zaman.
Ikuti juga organisasi profesi yang kredibel dan libatkan diri dalam komunitas praktisi K3, hal itu membantumu bertemu dan berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki minat serupa.
Terkadang, program pengembangan diri membutuhkan biaya, waktu, dan perhatian yang tidak sedikit. Tapi yakinlah, semua itu bukanlah pengeluaran yang sia-sia, tapi investasi yang akan memberikan imbal balik (return of investment) yang tidak sedikit.
Walau tidak menjadi jaminan adanya promosi jabatan, pembelajaran yang terus menerus pastinya akan memberikan keuntungan intangible berupa kebaikan (pahala belajar), kebijaksanaan, dan kebahagiaan.
---000---
Depok, 18 Februari 2021
Syamsul Arifin, SKM. MKKK.
Praktisi K3LH
Referensi: Jens Rasmussen. 1997. Risk Management in a Dynamic Society: A Modelling Problem. Jurnal Safety Science
Tidak ada komentar:
Posting Komentar