19 Agustus 2022

Saatnya berhenti menyalahkan mindset pekerja ketika hal buruk terjadi

Banyak yang mempercayai bahwa segala sesuatu dimulai dari pikiran dan kepercayaan (belief) yang dimiliki seseorang.

Maka tidak heran, orang-orang tersebut seringnya juga meyakini bahwa pikiran merupakan sumber ide, pola pikir, kebiasaan, dan tindakan seseorang.

Logika tersebut menciptakan asumsi keliru: jika kita mampu mengubah pikiran/mindset seseorang, maka hal-hal lain selanjutnya (pola pikir, kebiasaan, dan tindakan) akan ikut berubah.

Ada beberapa alasan yang perlu diperhatikan sehingga kita bisa jadi perlu mengubah kekeliruan tersebut:

Pertama, mengabaikan/menganggap remeh pengaruh eksternal.

Dengan hanya fokus pada mindset, kita lupa bahwa ada hal-hal lain di luar pekerja yang mempengaruhi pemikiran, keputusan, perilaku.

Contoh sederhananya, jika kita berada di tempat ibadah, tentu gaya pakaian/tingkah laku akan berbeda dengan ketika berada di pesta/gathering misalnya.

Demikian juga pengaruh faktor lingkungan, alat yang disediakan, keterbatasan yang membatasi, tuntutan/tekanan target, gaya kepemimpinan, dst. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi tindakan seseorang.

Kedua, melewatkan perkembangan pengetahuan.

Ilmu senantiasa berkembang, ada hal baru yang ditemukan, disepakati, ada kritik yang perlu juga diperhatikan.

Contoh sederhananya, ketika bicara tentang percoban Skinner, kritik yang menurut saya mendasar adalah apakah kita (manusia) mau disamakan dengan hewan tikus (hewan yang ia gunakan dalam mengembangkan teori perilaku operant condition)?

Bahkan ketika eksperimen yang dilakukan pada tikus diulang pada hewan yang lain, hasil penelitiannya sudah menunjukkan hasil tidak konsisten. Eh ini malah mau disamakan dengan makhluk kompleks semacam manusia?!

Selain masih ada beberapa kritik lainnya -jika kita mau mempelajari.

Demikian juga dalam mahzab psikologi kognitif, yang berkembang setelah mahzab psikologi behaviorist, juga ada yang namanya 'cognition in mind' dan selanjutnya dikembangkan 'cognition in wild'.

Dimana yang awal merupakan penamaan ketika mengobservasi manusia dan bagaimana ia melakukan proses mental (perhatian, ingatan, persepsi, pemecahan masalah, dll) dalam eksperimen di lingkungan yang terkontrol (misalnya di laboratorium), sedangkan yang selanjutnya digunakan untuk penamaan observasi manusia dalam lingkungan naturalnya, karena hasilnya juga bisa berbeda.

Jika ada konsultan teknokogi presentasi menggunakan laptop dengan operating system Windows XP (dirilis 2001, 21 tahun lalu), tentu anda akan mempertanyakan kepakarannya, bahkan mungkin skeptis terhadap dia. Tapi mengapa ada pakar psikologi/perilaku manusia yang membawa konsep yang lebih jadul dari itu, namun anda tidak berkata apa-apa?

Mungkin kita banyak melewatkan update terbaru terkait ilmu (perilaku) yang kita pakai dalam bekerja? Atau kita terlalu nyaman/mudah puas diri dengan apa yang sudah kita ketahui?



---000---


Depok, 21 Juli 2022

Syamsul Arifin

Praktisi K3LH.

Postingan terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar