01 Oktober 2018

Kutukan Zero Accident Target/Award

Setiap tahun, diperingati bulan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) nasional. Di momen tersebut, biasanya dilakukan pemberian penghargaan K3 nihil kecelakaan kerja, namun dampak kegiatan itu masih terasa kurang optimal.

Tidak sedikit juga perusahaan yang secara independen mencanangkan target nihil kecelakaan kerja baik yang 'lost time accident' ataupun 'recordable accident'. Tidak jarang, target tersebut dikaitkan dengan bonus atau insentif tertentu.

Apakah target zero accident itu bagus? Menurut saya tidak.

Peneliti K3 sudah mengingatkan hal ini (Sidney Dekker, di buku Safety Differently), juga lembaga negara Amerika, Occupational Safety & Health Administration (OSHA) menerbitkan memo tentang hal itu (Employer Safety Incentive and Disincentive Policies and Practices Memo).

Apa pasalnya target dan penghargaan zero accident malah justru bersifat kontra produktif? Ada setidaknya tiga poin yang bisa kita ambil.

Pertama, kita harus mulai melihat K3 sebagai kapasitas, bukan hanya sebagai produk atau hasil akhir suatu aktifitas (tidak ada kecelakaan).

Sederhananya, jangan dilihat dari aspek lagging indikator, tapi mulailah untuk menilai atau mengapresiasi usaha proaktif pencegahannya (leading indikator).

Mengutip Sidney Dekker, "we should not define safety as an absence of negatives, but the presence of positive capacities."

Kedua, penghargaan, bonus, atau insentif jika tidak ada kecelakaan justru membuat para pekerja menyembunyikan kecelakaan (tidak melaporkan) agar dapat tambahan bonus.

Akan ada peer pressure yang besar dari pekerja-pekerja lain terhadap korban atau pihak yang terlibat dalam suatu kecelakaan untuk tidak melaporkan kecelakaan karena akan menghilangkan bonus bersama.

Dan jika kecelakaan ditutup-tutupi, akar penyebabnya masih terus ada di organisasi atau tempat kerja, tinggal menunggu kejadian serupa terulang lagi.

Terakhir (ketiga), tempat kerja tanpa kecelakaan bagi saya adalah mimpi di tengah siang bolong. Gimik bombastis yang terlalu menyederhanakan persoalan untuk merebut hati manajemen (dan menyesatkan mereka).

Saatnya kita membangun organisasi pembelajar sejati, juga menerima fakta bahwa manusia bisa saja berbuat salah.

Jadikan kecelakaan bukan sebagai aib, tapi sebagai momen menuju perbaikan berkelanjutan (continuous improvement).

Jangan pernah beranda-andai kecelakaan tidak akan terjadi, tapi persiapkan sistem yang bisa meredam kecelakaan dan dampaknya sehingga tidak akan ter-eskalasi menjadi serius dengan melakukan deteksi dini kondisi abnormal, respon cepat kejadian kecelakaan, dan recovery/pemulihan singkat kondisi bencana.

Kita mungkin sudah baik dalam mengidentifikasi bahaya, tapi apakah kita juga sudah mempersiapkan hal-hal yang diperlukan ketika terjadi hal yang tidak diinginkan, supaya bisa segera meredam dan segera melanjutkan operasi bisnis dalam kondisi normal?

Meyakini kecelakaan akan terjadi menjadikan kita sebagai manusia atau pekerja yang realistis (vulnerable atau rentan celaka), sadar bahaya dan risiko, dan siap menghadapi kondisi siaga darurat.



---000---

Referensi:
           Government Accountability Office. Better OSHA Guidance Needed on Safety Incentive Program. April 2012. Washington, USA.
           Occupational Safety & Health Administration. Employer Safety Incentive and Disincentive Policies and Practices Memo. Maret 2012. Washington, USA.
           Dekker, Sidney. Safety Differently. Human Factors for a New Era. 2015. Florida, USA.



Tulisan ini ditayangkan di Tribun Kaltim, kolom Opini edisi 29 September 2018

Postingan terkait

1 komentar:

  1. Namun menurut saya target zero accident bisa membantu menyemangati pekerja juga Pak supaya lebih berhati hati ketika bekerja

    BalasHapus